Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus). Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi metabolisme penting sel.
Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan spesifik.
Radiasi apabila menumbuk suatu materi maka akan terjadi interaksi yang akan menimbulkan berbagai efek. Efek-efek radiasi ini bergantung pada jenis radiasi, energi dan juga bergantung pada jenis materi yang ditumbuk. Pada umumnya radiasi dapat menyebabkan proses ionisasi dan atau proses eksitasi ketika melewati materi yang ditumbuknya.
Ionisasi bisa terjadi pada saat radiasi berinteraksi dengan atom materi yang dilewatinya. Radiasi yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi disebut radiasi pengion. Termasuk dalam katagori radiasi pengion ini adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Pada saat menembus materi, radiasi pengion dapat menumbuk elektron orbit sehingga elektron terlepas dari atom. Akibatnya timbul pasangan ion positif dan ion negatif.
Efek-efek yang timbul akibat radiasi pengion :
1. Efek Genetik
Merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang menerima radiasi, karena perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa keturunan.
2. Efek Somatik
Merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima radiasi tersebut. Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain :
- Efek Stokastik
Adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi pengion. Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.
Ciri – ciri efek stokastik :
i. Tidak mengenal dosis ambang
ii. Timbul setelah masa tenang yang lama
iii. Dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan efek
iv. Tidak ada penyembuhan spontan. Contoh : kanker & penyakit turunan
2. Efek Non-Stokastik (Deterministik)
Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Ciri-ciri Efek Non Stokastik :
i. Punya dosis ambang
ii. Timbul beberapa saat setelah radiasi
iii. Adanya penyembuhan spontan
iv. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.
contoh :luka bakar, sterilitas, dan katarak
Ketika melewati materi, maka sinar-X akan mengalami interaksi dengan materi tersebut. Dari interaksi tersebut, akan timbul efek yang melalui 4 tahapan, antara lain :
- Tahap Fisika
Pada proses fisika, terjadi peristiwa absorbsi energi oleh materi sesaat setelah terkena radiasi. Tahapan fisika diikuti oleh eksitasi dan ionisasi atom atau molekul.
Berlangsung hanya kira-kira 10-16 detik dimana energi terdeposit di dalam sel dan menyebabkan ionisasi. Di air reaksinya dapat dinyatakan sebagai :
H2O —> H2O+ + e-
Dimana H2O+ adalah ion positif dan e- adalah ion negatif
2. Tahap Kimia – Fisika
Pada proses kimia, terjadi peristiwa perusakan molekul-molekul secara kimiawi. perubahan ini diakibatkan oleh antara lain:
a. Efek langsung
b. Efek tidak langsung
Berlangsung kira-kira 10-6 detik, dimana ion-ion berinteraksi dengan molekul air lainnya yang menghasilkan beberapa produk baru. Sebagai contoh, ion positif terdisosiasi :
H2O+ —> H+ + OH-
Ion negatif, yaitu elektron, terikat pada molekul air netral yang selanjutnya terdisosiasi
H2O+ + e- —> H2O
H2O- —> H + OH-
Sehingga produk dari reaksinya adalah H+ , OH- ,H dan OH. Dua ion pertama, yang ada dalam sebagian besar air, tidak mengambil bagian dalam reaksi berikutnya. Dua produk lainnya, H dan OH disebut radikal bebas, yaitu mereka yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan dan secara kimia sangat reaktif. Hasil reaksi lainnya adalah hidrogen peroksida H2O2, yang merupakan oksidan yang sangat kuat dan terbentuk dengan reaksi:
OH + OH —> H2O2
3. Tahap kimia
Berlangsung hanya beberapa detik, dimana hasil reaksi berinteraksi dengan molekul-molekul organik yang penting dari sel. Radikal bebas dan oksidan dapat menyerang molekul komplek yang membentuk koromosom. Misalnya, sebagai contoh , radikal tersebut dapat mengikatkan dirinya ke molekul atau menyebabkan ikatan rantai panjang menjadi putus.
4. Tahap Biologi
Dimana waktunya bervariasi dari puluhan menit sampai puluhan tahun bergantung pada gejala khusus yang muncul. Perubahan kimia yang didiskusikan diatas dapat mempengaruhi sel individu dalam berbagai cara, misalnya :
- Kematian sel lebih awal
- terhambatnya atau tertundanya pembelahan sel
- perubahan tetap pada sel turunannya
Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologik diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
B. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Keadaan ini menyebabkan radikal bebas menjadi tidak stabil, sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital. Radikal bebas yang terbentuk dapat sering bereaksi menghasilkan suatu molekul biologic peroksida yang lebih stabil sehingga berumur lebih lama. Molekul ini dapat berdifusi lebih jauh dari tempat pembentukannya sehingga lebih besar peluangnya dibandingkan radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan biokimiawi pada molekul biologi. Secara alamiah kerusakan yang timbul akan mengalami proses perbaikan secara enzimatis dalam kapasitas tertentu. Perubahan biokimia yang terjadi yang berupa kerusakan pada molekul-molekul biologi penting tersebut selanjutnya akan menimbulkan gangguan fungsi sel bila tidak mengalami proses perbaikan secara tepat atau menyebabkan kematian sel. Perubahan fungsi atau kematian dari sejumlah sel menghasilkan suatu efek biologik dari radiasi yang bergantung pada jenis radiasi, dosis, jenis sel lainnya.
C. Radiasi dengan DNA
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel mempunyai kemampuan untuk melakukan proses perbaikan terhadap kerusakan yang timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingga struktur DNA kembali seperti semual dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam kondisi tertentu, proses perbaikan tidak berjalan sebagai mana mestinya sehingga walaupun kerusakan dapat diperbaiki, tetapi tidak sempurna sehingga menghasilkan DNA yang berbeda, yang dikenal dengan mutasi.
D. Radiasi dengan Kromosom
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.
Aberasi kromosom yang mungkin timbul adalah :
- Fragmen Asentrik, yaitu patahnya lengan kromososm yang tidak mengandung sentromer,
- Kromosom cincin,
- Kromosom Disentrik, yaitu kromosom yang memiliki dua sentromer
- Translokasi, yaitu terjadinya perpindahan atau pertukaran fragmen dari dua atau lebih kromosom. Kromosom disentri yang spesifik terjadi akibat paparan radiasi sehingga jenis aberasi ini biasa digunakan sebagai dosimeter biologic yang dapat diamati pada sel darah limfosit, yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Frekuensi terjadinya kelainan pada kromosom bergantung pada dosis, energi dan jenis radiasi, laju dosis dan lainnya..
E. Radiasi dengan Sel
Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada proses perbaikan yang berlangsung. Bila proses perbaikan berlangsung dengan baik/sempurna, dan juga tingkat kerusakan sel tidak terlalu parah, maka sel bisa kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi (perkembangan/ kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat pengaruh radiasi adalah sel dengan tingkat differensiasi yang tinggi.
F. Pemanfaatan Radiasi
Pada jaman modern ini terdapat banyak sekali sumber radiasi buatan manusia. Di dunia kedokteran radiasi justru dimanfaatkan dalam diagnosa maupun proses penyembuhan penyakit. Alat-alat yang digunakan merupakan sumber radiasi yang memberikan dosis serapan amat tinggi pada manusia. Oleh sebab itu sangat tidak dianjurkan seorang pasien mengalami radiasi berkali-kali dalam tempo yang tidak begitu lama. Dosis radiasi beberapa aktivitas medis dapat kita lihat dalam tabel-4.
Perlu dicatat bahwa dosis pada tabel-4 itu hanya berlaku untuk sekali aktivitas saja. Selain itu waktu radiasinya juga singkat sekali dan sasaran radiasi terlokalisir di bagian tubuh tertentu. Terapi radiasi untuk kanker yang berdosis 5 juta mrem hanya digunakan dalam waktu singkat dan daerah sasarn yang seminimal mungkin yaitu bagian yang memang dikehendaki mati sel-selnya. Jika radiasi itu dikenakan ke seluruh tubuh matilah orang yang teradiasi berdasarkan tabel-2. Di Amerika Serikat tiap orang menerima kira-kira 80 mrem per tahun dari aktivitas medis yang dilakukannya.
Sumber radiasi buatan lain yang cukup besar adalah aktivitas tenaga nuklir, mulai dari penambangan uranium, pengayaannya, penggunaannya dalam reaktor nuklir, pembuangan sampah nuklir, sampai dengan percobaan senjata nuklir. Jika faktor kecelakaan diabaikan, dosis yang timbul akibat aktivitas tenaga nuklir ini per tahunnya dapat dilihat pada tabel 5
Dari tabel-5 dapat disimpulkan bahwa tanpa reaktor nuklir di dekat rumah kita, kita tetep menerima dosis sekitar 5 mrem per tahun dari kegiatan nuklir di seluruh dunia. Jumlah ini amatlah kecil dibandingkan dengan dosis yang berasal dari radiasi alamiah, apalagi jika dibandingkan dengan radiasi aktivitas medis.
G. Dosis dan Gejala Respon Radiasi pada Reproduksi
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang dihasilkan. Pengaruh radiasi pada produksi sel sperma tidak dapat diketahui segera setelah terpajan radiasi, tetapi dalam waktu sekitar 2 bulan kemudian. Dosis radiasi 0,15 Gy sudah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma (oligospermia). Dosis sampai 2 Gy menyebabkankan sterilitas sementara selama sekitar 1 – 2 tahun. Menurut ICRP 60, dosis ambang sterilitas permanen adalah 3,5 – 6 Gy. Radiasi pada laki-laki tidak mempengaruhi libido secara nyata.
Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi. Radiasi dapat menyebabkan strilitas atau menopause dini. Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.
Efek stokastik yang dikenal dengan efek pewarisan terjadi karena mutasi pada gen atau kromosom sel sperma dan sel telur. Perubahan kode genetik yang terjadi akibat pajanan radiasi akan diwariskan pada keturunan individu terpajan. Tapi sampai saat ini belum ada bukti adanya efek pewarisan pada manusia akibat radiasi. Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan anatomik yang parah bahkan kematian prematur.
Beberapa tahapan perkembangan spermatogonia menjadi spermatid adalah sangat radiosensitif. Hal ini terutama ditemukan pada efek radasi pada fraksi yang berbeda tahap perkembangan fase S yang dapat diukur dengan sitometri alir dalam waktu singkat (15 menit) dan cara yang tepat. Dosis radiasi serendah 0,1 Gy dapat terdeteksi. Keunggulan dari uji sperma ini adalah sensitivitasnya yang cenderung tinggi dan hanya dibutuhkan waktu pendek untuk analisis. Dan kenyataan bahwa pajanan radiasi pada gonad diukur tidak lagi merupakan keunggulan utama karena diketahui risiko genetic pada manusia mungkin jauh lebih rendah daripada perkiraan semula. Kelemahan dari uji ini adalah memilki kendala yakni hanya untuk populasi laki-laki, testis pun dipastikan berada pada medan radiasi,. Metodenya invasive dan memerlukan peralatan mahal (flow cytometer). Analisis segera setelah pajanan (hingga 2 hari) tidak dimungkinkan. Tidak ada informasi untuk manusia, dan data pada mencit terbatas serta hanya untuk radiasi gamma dan sinar-X, iradiasi akut dan dosis tunggal.
Pada pria, jaringan sistem reproduksi bersifat radioresisten kecuali testis (berisi sel-sel radiorsisten yakni spermatozoa matang dan sel-sel radiosensitif yakni spermatogonia sel muda).
Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, sesudah itu deplesi sperma matang (maturation depletion). Fertilitas periodenya bervariasi sesudah radiasi tergantung radioresistensi sel-sel matang, kemudian diikuti sterilitas (sementara/permanen) tergantungt dosis radiasi. Sterilitas permanen dapat ditimbulkan oleh dosis akut 500-600 rad. Dosis 250 rad menimbulkan sterilitas sementara yakni selama 12 bulan. Bahaya lain yang dapat terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin diteruskan pada generasi berikutnyapada periode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan kerusakan kromosom dalam spermatozoa.
Efek primer dari radiasi adalah kerusakan dan depopulasi spermatogonia, sesudah itu deplesi sperma matang (maturation depletion). Fertilitas periodenya bervariasi sesudah radiasi tergantung radioresistensi sel-sel matang, kemudian diikuti sterilitas (sementara/permanen) tergantungt dosis radiasi. Sterilitas permanen dapat ditimbulkan oleh dosis akut 500-600 rad. Dosis 250 rad menimbulkan sterilitas sementara yakni selama 12 bulan. Bahaya lain yang dapat terjadi adalah produksi aberasi kromosom yang mungkin diteruskan pada generasi berikutnyapada periode fertil sesudah radiasi tidak menghilangkan kerusakan kromosom dalam spermatozoa.
Pada instalasi rumah sakit seperti pemeriksaan radiodiagnostik dan kedoktean nuklir tidak menimbulkan sterilitas karena dosis yang diberikan tergolong rendah. Dosis rendah kronik dapat menimbulkan perubahan kromosom (mutasi pada generasi kemudian). Sementara pada radioterapi, dosis total yang diberikan mampu mengakibatkan sterilitas disamping perubahan kromosom. Maka dari itu, harus selalu dilindungi dari radiasi hambur bila lapangan penyinaran dekat dengan testis. Perlu diketahui juga bahwa impotensi tidak disebabkan oleh dosis sterilitas.
Pada wanita, dikenal dengan namanya ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovum berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang merupakan yang paling radiosensitive, sementara folikel kecil yang paling radioresisten dan folikel besar (matang) tergolong cukup sensitif.
Pada wanita, dikenal dengan namanya ovarium yang berfungsi untuk menghasilkan ovum. Ovum berada dalam folikel-folikel (kantong tertutup). Folikel sedang merupakan yang paling radiosensitive, sementara folikel kecil yang paling radioresisten dan folikel besar (matang) tergolong cukup sensitif.
Sel-sel dalam ovum tidak membelah secara konsisten, menggantikan sel yang hilang selama menstruasi. Ovum dilepas dari folikel matang pada ovulasi, diikuti fertilisasi atau kalau tidak terjadi maka terjadi menstruasi. Pada dosis sedang mampu menimbulkan fertilitas di periode awal karena folikel matang agak resisten yang dapat melepaskan ovum. Selanjutnya diikuti sterilitas sementara atau bahkan permanen dikarenakan kerusakan ovum dalam folikel sedang. Fertilitas mungkin terjadi karena maturasi folikel kecil yang radioresisten. Kemungkinan terjadinya sterilitas adalah pada dosis yang melebihi 625 rad. Wanita mudah biasanya justru lebih radiosensitif.
Pada pemeriksaan radiodiagnostik dan kedokteran nuklir, dosis rendah tidak menyebabkan sterilitas tapi menyebabkan perubahan kromosom. Sementara pada radioterapi yang menggunakan dosis radiasi yang sangat tinggi untuk membunuh kanker, hal ini dapat menimbulkan bahaya rangkap yakni kerusakan kromosom dan sterilitas. Dosis sterilitas dapat menyebabkan menopouse nyata walaupun usianya belum tergolong menopause.
H. Kasus yang Berhubungan
Secara spesifik, radiodiagnostik dan kedokteran nuklir tidak menyebabkan efek yang signifikan pada organ reproduksi. Namun untuk radioterapi justru akan menyebabkan sterilisasi jika tidak menggunakan shielding yang baik. Di media baik internet ataupun majalah tidak terdapat contoh yang jelas akibat penggunaan radiasi di bidang radiodiagnostik dan kedokteran nuklir. Namun ada artikel yang berhubungan dengan efek radiasi terhadap genetik.
Pada artikel yang berjudul “Nuklir : Antara Manfaat dan Mudarat” yang diposting pada Kamis, 16 Februari 2012 melalui : http://yulianamardatillah.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false.html. Dituliskan bahwa dalam catatan sejarah manusia terdapat kejadian kecelakaan nuklir terbesar di dunia diantaranya adalah kecelakaan Three Mile Island di Amerika, kasus di Chernobyl Ukraina dan peristiwa di Fukushima, Jepang pasca gempa hebat yang disusul gelombang tsunami setinggi 10 meter.
Pada artikel yang berjudul “Nuklir : Antara Manfaat dan Mudarat” yang diposting pada Kamis, 16 Februari 2012 melalui : http://yulianamardatillah.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false.html. Dituliskan bahwa dalam catatan sejarah manusia terdapat kejadian kecelakaan nuklir terbesar di dunia diantaranya adalah kecelakaan Three Mile Island di Amerika, kasus di Chernobyl Ukraina dan peristiwa di Fukushima, Jepang pasca gempa hebat yang disusul gelombang tsunami setinggi 10 meter.
Pada tanggal 26 April 1985, pukul 01:24 dini hari terjadi bencana karena ledakan reaktor nuklir terjadi di Chernobyl Ukraina. Pada peristiwa tersebut terdapat dua kali ledakan dahsyat dalam waktu 3 detik. Akibat ledakan radiasi yang terlontar setidaknya lebih dari 30 orang tewas dan ratusan ribu orang dievakuasi dari kota-kota sekitarnya. Dampak luar biasa dari radiasi tersebut menyebabkan anak-anak yang lahir setelah musibah itu mengalami cacat, banyak dari warga mengidap kanker dan hewan-hewan mengalami mutasi genetik.
Pada artikel lain yang berjudul “Tragedi Chernobyl, Bencana Terburuk Sepanjang Sejarah” yang diposting pada Januari 2011, juga dijelaskan bahwa partikel akibat ledakan itu mengandung radioaktif 400 kali lebih banyak dari ledakan bom atom Hiroshima dan memaksa sepertiga juta orang mengungsi dari kediamannya serta menyebabkan epidemic kanker tiroid (gondok) pada anak-anak. Biaya kerugian ekonomi, kesehatan dan pembersihan kompensasi, dan kerugian produktivitas meningkat berlipat-lipat dalam miliaran dolar. Perkiraan awal bahwa ratusan atau ribuan orang akan tewas akibat bencana itu, memang tak terbukti. Tetapi kerusakan genetis akibat bencana itu perlahan akan menimbulkan efek negatif.
Melihat kedua isi artikel tersebut, sangat jelas bahwa radiasi menyebabkan efek genetik pada keturunan yang secara tidak langsung berrkaitan juga dengan sistem reproduksi.
Efek dari radiasi menyebabkan mutasi pada kromosom. Reproduksi memiliki fungsi untuk mewariskan sifat ke keturunan sehingga dilahirkan organisme yang mirip dengan orang tuanya (induknya). Dengan radiasi dengan dosis yang sangat besar (apalagi radiasi nuklir) sangat diyakinkan bahwa akan mengakibatkan sterilitas pada organ reproduksi. Namun bagaimana dengan yang mendapat dosis yang sedang? Ada kemungkinan bahwa sifat yang diwariskan tidak sama dengan sifat orang tua. Kelahiran anak cacat sebenarnya karena radiasi yang mengenai embrio dan fetus selama di dalam kandungan. Namun ada kemungkinan juga bahwa radiasi menyebabkan perubahan pada susunan kromosom sperma ataupun ovum orang tua.
Efek dari radiasi menyebabkan mutasi pada kromosom. Reproduksi memiliki fungsi untuk mewariskan sifat ke keturunan sehingga dilahirkan organisme yang mirip dengan orang tuanya (induknya). Dengan radiasi dengan dosis yang sangat besar (apalagi radiasi nuklir) sangat diyakinkan bahwa akan mengakibatkan sterilitas pada organ reproduksi. Namun bagaimana dengan yang mendapat dosis yang sedang? Ada kemungkinan bahwa sifat yang diwariskan tidak sama dengan sifat orang tua. Kelahiran anak cacat sebenarnya karena radiasi yang mengenai embrio dan fetus selama di dalam kandungan. Namun ada kemungkinan juga bahwa radiasi menyebabkan perubahan pada susunan kromosom sperma ataupun ovum orang tua.
Pada tragedi tersebut, tercatat bahwa Chernobyl terletak di koordinat 51°38′ lu 30°11′ bt sekarang kota ini masih berpenghuni walau hanya sedikit. Tingkat radiasi di kota ini masih dalam keadaan kritis,yaitu pada 5,6 Roentgen per second (r/s) (0.056 Grays per second, atau Gy/s). Bisa dibayangkan aktivitasnya pada tahun 1985 aktivitas radiasinya pasti sangatlah besar. Padahal dosis radiasi 0,15 Gy sudah dapat mengakibatkan penurunan jumlah sel sperma (oligospermia). Dosis sampai 2 Gy menyebabkankan sterilitas sementara selama sekitar 1 – 2 tahun. Menurut ICRP 60, dosis ambang sterilitas permanen adalah 3,5 – 6 Gy. Sementara pada wanita, dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy. Sekarang kota ini telah ditinggalkan karena aktivitas radiasinya yang masih tinggi, meskipun masih ada beberapa orang yang menempatinya.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kecelaakaan akibat radiasi sebagian besar diakibatkan oleh kesalahan manusia. Pengetahuan yang semakin maju melahirkan tingkat resiko yang semakin tinggi pula. Untungnya pemanfaatan radiasi di bidang kesehatan tidaklah menyebabkan resiko yang signifikan pada organisme jika menggunakan dosis yang rendah.
I. Penanganan yang Bisa Diusahakan
Melihat resiko yang mungkin ditimbulkan, maka radiasi eksternal non-alamiah dapat kita kurangi dengan beberapa cara, antara lain adalah
1. Pembatasan kuantitas dan jenis radiasi yang dipakai.
2. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
3. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
4. Intensitas radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak terhadap sumbernya. Maka dari itu jangan terlalu dekat dengan zat-zat radioaktif, layar TV, peralatan sinar X yang sedang bekerja.
Usaha lainnya adalah mengurangi lama eksposur. Semaki lama individu terkena radiasi, dampak yang kita terima juga semakin besar, karena dampak radiasi bersifat kumulatif.
1. Pembatasan kuantitas dan jenis radiasi yang dipakai.
2. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
3. Menjaga jarak terhadap sumber radiasi.
4. Intensitas radiasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak terhadap sumbernya. Maka dari itu jangan terlalu dekat dengan zat-zat radioaktif, layar TV, peralatan sinar X yang sedang bekerja.
Usaha lainnya adalah mengurangi lama eksposur. Semaki lama individu terkena radiasi, dampak yang kita terima juga semakin besar, karena dampak radiasi bersifat kumulatif.
Memasang pelindung, intensitas radiasi akan turun secara eksponensial terhadap ketebalan suatu bahan pelindung. Untuk radiasi elektromagnetik bahan yang paling efektif sebagai pelindung adalah timbal(Pb). Sinar gamma 5 MeV dapat ditahan separonya oleh timbal setebal 1,42 cm, atau ditahan 90 % oleh ketebalan 4,73 cm. Sinar beta 4 MeV cukup ditahan dengan aluminium setebal 1 cm saja. Sinar alpha paling mudah menahannya, selembar kertas sudah cukup kuat menghadapi radiasinya. Yang paling susah adalah radiasi partikel-partikel netral macam netron, netron banyak dihasilkan di sekitar reaktor nuklir dari proses fisi nuklir bahan bakarnya. Penahan radiasi netron biasanya berupa lapisan beton sekitar 30 cm tebalnya.
Radiasi internal relatif lebih sulit mengatasinya, karena kerusakan yang ditimbulkannya tergantung atas tiga hal : waktu paro radioaktif, waktu paro biologis dan watak kimiawi sumbernya. Waktu paro radioaktif adalah waktu yang diperlukan agar separo zat itu meluruh menjadi unsur atau isotop lain. Waktu paro biologis adalah waktu yang diperlukan separuh zat itu untuk keluar dari tubuh melalui proses ekskresi. Beberapa cara untuk mencegah atau mengurangi dampak biologis radiasi internal adalah sebagai berikut
1. Pencegahan agar sumber radiasi tidak termakan atau terhisap masuk ke dalam tubuh.
Tidak makan, minum, merokok di dekat zat-zat radioaktif. Hindari aliran udara di dalam ruang berisi zat-zat radioaktif. Tidak bernafas terlalu dekat dengan permukaan tanah dalam waktu yang lama, karena tanah memancarkan gas radon beserta turunannya. Tidak sembarangan minum air di daerah pertambangan.
2. Pencegahan akumulasi sumber radiasi dengan atom pesaing.
Jika ke dalam tubuh dimasukkan atom-atom yang secara kimiawi mirip dengan radioisotop sumber radiasi, maka terjadilah persaingan antar mereka untuk diserapoleh organ tertentu. Contoh : akumulasi yodium-131 di kelenjar gondok dapat dicegah dengan menelan pil yodium stabil segera setelah terjadi keracunan. Garam-garam kalsium harus segera dimakan begitu orang teracuni radium atau Sr-90, sehingga akumulasi zat-zat ini di sumsum tulang dapat dicegah semaksimal mungkin.
3. Pencucian.
Minum soda pop atau bir sebanyak mungkin agar sumber radiasi dapat terbawa keluar sebelum mereka tiba di tempat tujuannya. Penggunaan chelating agent dapat membantu banyak. Chelating agent adalah senyawa yang dapat bergabung dengan radioisotop tak larut dalam air membentuk senyawa baru yang larut dalam air sehingga dapat dibawa keluar tubuh. Chelating agent yang berasal
adalah EDTA (ethylene diamine tetracetic acid).
1. Pencegahan agar sumber radiasi tidak termakan atau terhisap masuk ke dalam tubuh.
Tidak makan, minum, merokok di dekat zat-zat radioaktif. Hindari aliran udara di dalam ruang berisi zat-zat radioaktif. Tidak bernafas terlalu dekat dengan permukaan tanah dalam waktu yang lama, karena tanah memancarkan gas radon beserta turunannya. Tidak sembarangan minum air di daerah pertambangan.
2. Pencegahan akumulasi sumber radiasi dengan atom pesaing.
Jika ke dalam tubuh dimasukkan atom-atom yang secara kimiawi mirip dengan radioisotop sumber radiasi, maka terjadilah persaingan antar mereka untuk diserapoleh organ tertentu. Contoh : akumulasi yodium-131 di kelenjar gondok dapat dicegah dengan menelan pil yodium stabil segera setelah terjadi keracunan. Garam-garam kalsium harus segera dimakan begitu orang teracuni radium atau Sr-90, sehingga akumulasi zat-zat ini di sumsum tulang dapat dicegah semaksimal mungkin.
3. Pencucian.
Minum soda pop atau bir sebanyak mungkin agar sumber radiasi dapat terbawa keluar sebelum mereka tiba di tempat tujuannya. Penggunaan chelating agent dapat membantu banyak. Chelating agent adalah senyawa yang dapat bergabung dengan radioisotop tak larut dalam air membentuk senyawa baru yang larut dalam air sehingga dapat dibawa keluar tubuh. Chelating agent yang berasal
adalah EDTA (ethylene diamine tetracetic acid).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Tragedi Chernobyl, Bencana Terburuk Sepanjang Masa”. Januari 2011. Diakses tanggal 16 Juli 2012 dari http://www.adipedia.com/2011/01/tragedi-chernobyl-bencana-nuklir.html
Anonim. “Nuklir : Antara Manfaat dan Mudarat”. 16 Februari 2012. Diakses tanggal 16 Juli 2012 dari http://yulianamardatillah.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false.html
Key. “Mengulang Sejarah dan Tragedi Nuklir Chernobyl”.15 Maret 2011. Diakses pada 16 Juli 2012 dari http://niganku.wordpress.com/2011/03/15/mengulang-sejarah-dan-tragedi-nuklir-chernobyl/
Pikatan, Sugata. 1992. Manusia dan Radiasi. Diakses pada 15 Juli 2012 darihttp://tan.awardspace.com/pubi/Radiasi.PDF
Zubaidah, Alataz. 2005. Efek Teratogenik Radiasi Pengion. Diakses pada 15 Juli 2012 darihttp://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202005/ZA_BAlara_Vol_6_3_Apr05.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar